BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Jurusan Pendidikan
Teknik Sipil adalah salah satu jurusan yang berada dibawah Fakultas Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan , Universitas Pendidikan Indonesia. Lembaga ini memiliki
perjalanan sejarah dalam perkembangannya dari awal terbentuknya sampai saat
sekarang ini. Pada awalnya (tahun 1958) Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan
Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FKIT adalah merupakan lembaga pendidikan
kursus B1 teknik untuk program peningkatan mutu guru STM dan SGPT. Pada Tahun
1961 kursus B1 teknik diintegrasikan ke FKIP-B / teknik Universitas Pajajaran,
dan selanjutnya tahun 1963 FKIP-A dan FKIP-B1/teknik,dan Institut Pendidikan
Guru (IPG) digabung menjadi IKIP Bandung, yaitu berdasarkan Surat Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1963 tertanggal 3 Januari 1963. Dari
FKIP-B teknik kemudian dipecah menjadi 2 (dua) Fakultas, yaitu Fakultas
Keguruan Ilmu Eksakta (FKIE) dan Fakultas Keguruan Ilmu Teknik (FKIT). Pada
Fakultas Keguruan Ilmu Teknik (FKIT) dikembangkan/dibuka Jurusan Pendidikan
Teknik Sipil, Jurusan Pendidikan Arsitektur, Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
dan Jurusan Pendidikan Teknik Listrik. Dengan demikian sejak tahun 1963 Jurusan
Pendidikan Teknik Sipil telah eksis di bawah pembinaan Fakultas Keguruan Ilmu
Teknik ( FKIT) IKIP Bandung.
Kemudian Jurusan
Pendidikan Teknik Sipil dan Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur digabung
menjadi satu Jurusan, yaitu Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan di bawah naungan
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) IKIP Bandung yang memiliki
satu program studi yaitu Program studi Pendidikan Teknik Bangunan Perubahan
nama FKIT menjadi FPTK dan pengabungan kedua Jurusan Pendidikan Teknik Sipil
dan Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur tersebut didasarkan pada Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0174/0/1983, tanggal 14 Maret
1983, dan Surat Keputusan Rektor IKIP Bandung Nomor 6744/PT.25.R/Q/1983. Alasan
pokok yang mendasari penggabungan Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan
Pendidikan Teknik Arsitektur hingga menjadi Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan
tersebut di atas, antara lain karena orientasi Pendidikan di IKIP termasuk nama
jurusan dan kurikulum, harus berorientasi pada rumpun mata ajaran pada jenjang
pendidikan menengah. Dengan demikian FPTK harus berorientasi pada jurusan /
rumpun spesifikasi bidang ketrampilan / keahlian bangunan di SMK. Selain itu
juga untuk penyeragaman nama-nama Jurusan di lingkungan IKIP se-Indonesia, ini
mengasumsikan bahwa penamaan Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan di FPTK
merupakan pengembangan dari Jurusan Pendidikan Teknik Sipil yang ada pada era
FKIT IKIP.
Untuk memenuhi
tuntutan perkembangan masyarakat (pasar kerja) serta perkembangan Ilmu dan
Teknologi, maka di FPTK IKIP Bandung dikembangkan Kurikulum fleksibel.
Kurikulum Fleksibel ini juga dikembangkan dan diberlakukan di Jurusan
Pendidikan Teknik Bangunan, yaitu berdasarkan ketetapan Dirjen Pendidikan
Tinggi tanggal 21 Agustus 1992 dan Surat Keputusan Rektor IKIP Bandung Nomor
0835/PT.25.H/1/1995 . Adapun maksud dari pemberlakuan kurikulum fleksibel
tersebut antara lain bertujuan untuk menyiapkan lulusan agar memiliki kemampuan
ganda sebagai berikut :
a.
Mampu mengelola dan
melaksanakan pendidikan teknologi dan kejuruan secara profesional yang menjadi
kewenangan utama.
b.
Kemampuan untuk
mengembangkan bidang ilmu dan teknologi (IPTEK) sebagai kewenangan kedua
(tambahan)
Sebagai
konsekwensi logis dari berlakunya kurikulum fleksibel tersebut , maka tujuan
pembelajaran pada Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan dikembangkan agar dapat
memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat, baik dalam bidang pendidikan, industri
dan teknologi, serta berorientasi pada antisipasi berlakunya sistem akreditasi
program studi di perguruan tinggi serta globalisasi. Oleh sebab itu Program
studi Pendidikan Teknik Bangunan yang telah terlebih dahulu diberlakukan pada
tahun 1983, maka sejak th 2001 pada Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan, Prodi
Pendidikan Teknik bangunan (S1) mengalami pengembangan program studi menjadi:
1)
Program studi Pendidikan
Teknik Sipil (S1)
2)
Program studi Pendidikan
Arsitektur (S1)
Dengan Kurikulum
yang dirancang berpedoman pada Kurikulum Nasional Teknik Sipil dan Teknik
Arsitektur. Diharapkan dengan kurikulum fleksibel ini memungkinkan para lulusan
Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan FPTK mampu melaksanakan tugas profesinya
sebagai tenaga kependidikan, serta memiliki kemampuan mengembangkan bidang ilmu
Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK) dalam masyarakat industri, bidang jasa
property/Bangunan, jasa konstruksi dan jasa konsultan bidang Teknik Sipil dan
Arsitektur. Dari mulai th 2001 mahasiswa di Prodi Pendidikan Teknik Bangunan
dipecah berdasarkan peminatan/konsentrasi yang dijalaninya di Prodi Pendidikan
Teknik Bangunan menjadi Mahasiswa di Prodi Pendidikan Teknik Sipil dan
Mahasiswa di Prodi Pendidikan Teknik Arsitektur, sedangkan bagi Mahasiswa baru
di Tahun 2001 sudah langsung di terima ke Prodi masing-masing yaitu Prodi
Pendidikan Teknik sipil dan prodi pendidikan Teknik Arsitektur.
Sebagai catatan
penting ,di tahun 1999 adalah Perguruan Tinggi IKIP Bandung diubah menjadi
Universitas Pendidikan Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 124
tahun 1999 tertanggal 7 Oktober 1999. dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No.
6 tahun 2004. UPI diberi otonomi dan menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik
Negara (PT BHMN)
Sejalan dengan
perkembangannya di Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan pada Tahun 1999
diselenggarakan Program studi D3 Teknik Sipil dengan SK Dirjen Dikti Depdiknas
No. 363/Dikti/Kep/1999. Kemudian di tahun 2000 dengan SK Dirjen Dikti Depdiknas
No. 242/Dikti/Kep/2000 diselenggarakan Program D3 Teknik Perumahan.
Penyelenggaraan jenjang diploma ini sebagai implementasi fungsi Widermandate
UPI sebagai Perguruan tinggi yang turut membantu pemerintah dalam memenuhi
penyediaan tenaga terampil pada jenjang Diploma.
Pada Tahun 2006 ,
dengan adanya tuntutan BAN PT bahwa setiap program studi harus dilakukan
Akreditasi BAN PT, maka Prodi Pendidikan Teknik Bangunan yang telah
menghasilkan lulusan dilakukan penilaian akreditasi dan mendapat Akreditasi
program studi : B , dengan SK No: BAN PT. No. 09214/Ak-X-S1-017/IKBCKB/X/2006 ,
Berlaku 19 Oktober 2006 s/d 19 Oktober 2011.
Perubahan status UPI
menjadi sebuah corporate university berstatus BHMN membangkitkan tuntutan
kesiapan untuk mampu memainkan peranan sebagai agen perubahan. Pada saat yang
sama, Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan FPTK harus pula mampu memposisikan
dirinya secara proporsional ke arah pengembangan bidang ilmu dan teknologi
(IPTEK) kedalam batang tubuh keilmuannya (body of knowledge) , yaitu dari
pendekatan yang berbasis pada rumpun spesifikasi keahlian dan ketrampilan
bangunan di SMK ( Sekolah Menengah Kejuruan ), kepada Jurusan yang berbasis
pada pengembangan ilmu rekayasa engineering ,yaitu pendidikan teknik Sipil dan
perencanaan secara universal , Seiring dengan semangat menjadikan UPI BHMN
sebagai Universitas Pelopor dan Unggul di masa depan ( Leading and outstanding
University ), maka memposisikan kembali Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan
kedalam pemahaman batang tubuh keilmuannya ( body of knowledge ) adalah
merupakan kebutuhan mendesak dan segera. Dengan demikian pada era UPI BHMN ini
pengembangan keilmuan dan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ),
pengembangan dan pembinaan kelembagaan serta kerjasama dengan organisasi/assosisi
profesi dapat ditingkatkan.
Maka di Tahun
2006, Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan dikembangkan menjadi dua jurusan yaitu
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dengan Ketetapan SK Rektor No.
8046/J.33/PP.03.02/2006 dan Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur dengan SK
Rektor No. 8047/J.33/PP.03.02/2006. Dimana Jurusan Pendidikan Teknik Sipil hanya
membawahi Program studi :
1)
Program Studi Pendidikan
Teknik Sipil (S1)
2)
Program Studi Pendidikan
Teknik Bangunan (S1)
3)
Program Studi Teknik
Sipil (D3)
Sedangkan Program
studi Pendidikan arsitektur membawahi prodi Pendidikan Teknik Arsitektur(S1)
dan Prodi Teknik Perumahan (D3).
Jurusan Pendidikan
Teknik Sipil membuka penyelenggaraan Program Studi Baru yaitu Program studi
Teknik Sipil (S1) berdasarkan Surat Keputusan Rektor UPI , No.
5345/H40/KL/2009, sehingga Jurusan Pendidikan Teknik Sipil membawahi empat
program studi yaitu :
1)
Program Studi Pendidikan
Teknik Sipil (S1) .
2)
Program Studi Pendidikan
Teknik Bangunan (S1)
3)
Program Studi Teknik
Sipil (D3)
4)
Program Studi Teknik
Sipil (S1)
1.2
Rumusan
Masalah
1) Mengapa
pendidikan teknik bangunan berada di jurusan pendidikan teknik sipil bukan
pendidikan teknik arsitektur?
2) Mengapa
pendidikan teknik bangunan dan pendidikan teknik arsitektur berbeda?
3) Bagaimana
sistem perkuliahan pendidikan teknik bangunan?
4) Apa
kendala yang sering ditemui oleh mahasiswa bidang pendidikan teknik bangunan?
5) Apa
prospek kerja bagi lulusan pendidikan teknik bangunan?
6) Mengapa
sebagian besar sarjana pendidikan teknik bangunan kurang berminat menjadi
seorang guru?
1.3
Tujuan
Penulisan
1) Untuk
mengetahui alasan pendidikan teknik bangunan berada dijurusan pendidikan teknik
sipil bukan pendidikan teknik arsitektur
2) Untuk
mengetahui perbedaan pendidikan teknik bangunan dan pendidikan teknik
arsitektur
3) Untuk
mengetahui sistem perkuliahan pendidikan teknik bangunan
4) Untuk
mengetahui kendala yang sering ditemui oleh mahasiswa bidang pendidikan teknik
bangunan
5) Untuk
mengetahui prospek kerja bagi lulusan pendidikan teknik bangunan
6) Untuk
mengetahui sebab dan akibat dari sebagian besar sarjana pendidikan teknik
bangunan yang kurang berminat menjadi seorang guru
1.4
Manfaat
Penulisan
Manfaat penulisan
adalah memecahkan segala problematika yang ada dalam ruang lingkup pendidikan
teknik bangunan universitas pendidikan Indonesia. Dan menginformasikan pada
masyarakat khususnya pembaca tentang pendidikan teknik bangunan agar tidak
terjadi perbedaan pendapat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan
Teknik Bangunan
Pendidikan teknik bangunan adalah salah satu program studi
yang terdapat pada jurusan teknik sipil yang merupakan cabang ilmu teknik yang
mempelajari tentang bagaimana merancang, membangun, merenovasi sebuah
bangunan, tidak hanya gedung dan infrastruktur, tetapi juga mencakup lingkungan
untuk mendukung kehidupan manusia seperti jembatan, saluran air bawah
tanah, struktur penahan longsong, dan lain-lain. Teknik sipil mempunyai ruang
lingkup yang luas, di dalamnya pengetahuan
2.2 Materi
Pembelajaran Pendidikan Teknik Bangunan
Fisika Dasar pada umumnya akan diberikan di tahun pertama
untuk jurusan teknik. Matematika juga akan dipelajari dengan level yang lebih
tinggi dari Matematika di Sekolah Menengah. Materi kuliah umum yang tidak ada
hubungan langsung dengan Teknik, misalnya Bahasa Indonesia, Agama, Etika,
Pendidikan Pancasila dan Kewaranegaraan juga akan diberikan sebagai pengantar.
Materi umum porsinya tidak lebih dari 15%, sisanya adalah materi-materi teknik
sipil. Materi teknik sipil mulai dari material konstruksi, perhitungan
struktur, kajian mengenai ilmu pengukuran tanah, jenis- jenis konstruksi,
pembebanan, analisa desain, dan lain-lain. Mekanika Teknik/ Mekanika
Rekayasa/ Analisa Struktur merupakan bidang ilmu utama yang dipelajari di ilmu teknik
sipil. Pokok utama dari ilmu tersebut adalah mempelajari perilaku struktur
terhadap beban yang bekerja pada suatu bangunan. Ada pula materi
penunjang lainnya, misalnya menggambar, teknik penggambaran berbasis
teknologi, bahasa pemrograman komputer, software, menulis ilmiah, dan
lain-lain.
2.3 Wilayah
Kerja Pendidikan Teknik Banngunan
Pendidikan Teknik Bangunan dianjurkan untuk menjadi tenaga
pengajar di smk, akan tetapi lulusan pendidikan teknik bangunan tidak selalu
pula berurusan dengan pembangunan jalannya sebuah proyek bangunan, tetapi
di bidang lain seperti yang berkaitan dengan informatika memungkinkan untuk
memodelisasi sebuah bentuk dengan bantuan teknik pemrograman canggih, pemodelan
kerusakan akibat gempa, banjir, longsor, dan masih banyak lagi. Hal ini sangat
penting di negara maju sebagai tolak ukur kelayakan pembangunan sebuah bangunan
vital yang mempunyai resiko dapat menelan korban banyak manusia seperti reaktor
nuklir atau bendungan, jika terjadi kegagalan teknis. Rancangan bangunan
tersebut biasanya dimodelkan dalam komputer dengan diberikan faktor-faktor
ancaman bangunan tersebut seperti gempa dan keruntuhan struktur material. Peran
ahli Teknik Sipil juga masih berlaku walaupun fase pembangunan sebuah gedung
telah selesai, seperti teletak pada pemeliharaan fasilitas gedung dan
infrastruktur tersebut. Pada prinsipnya kedua profesi tersebut sama-sama
melakukan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan
suatu bangunan. Namun perbedaan yang paling menonjol adalah pada cakupan
tugasnya. Arsitek lebih sering mendesain bangunan luar atau bangunan baru di
sebuah tanah kosong. Sedangkan seorang ahli sipil mengerjakan konstuksi
gedungnya. Misalnya pada pembangunan sebuah pusat perbelanjaan baru: maka
arsitek mendesain bentuk bangunannya secara global baik tampilan luar sampai
pembagian kavling yang mendukung segala aktifitas dan kenyamanan pengguna
ruang, dan seterusnya, sedangkan ahli sipil mendesain konstruksi bangunannya
agar kokoh berdiri dan tahan lama. Secara singkat dapat dikatakan bahwa
sementara seorang arsitek adalah desainer bangunan, seorang insinyur sipil
adalah ahli struktur, yang dalam bangunan menjadi salah satu komponen bagi
berfungsinya bangunan. Mahasiswa Teknik Sipil sama sekali tidak mempelajari
pengolahan tata ruang, pengolahan bentuk bangunan, cara bekerja berbagai
tipe bangunan, ataupun dasar-dasar ilmu lain yang perlu diintegrasikan dalam
desain sebuah bangunan seperti yang dipelajari oleh mahasiswa Arsitektur. Ini
membuat ahli sipil tidak mungkin mendesain ataupun melaksanakan sebuah bangunan
tanpa adanya arsitek ataupun desain dari mereka. Kalaupun pada prakteknya
ada ahli sipil yang mencoba mendesain bangunan ataupun melaksanakan
bangunan tanpa adanya arsitek, dapat dilihat secara jelas bedanya dari
hasil bangunan yang dirancangnya dengan bangunan yang dirancang arsitek dalam
hal estetika ataupun kesatuan antara aspek estetika-fungsi-dan kekuatan dalam
bangunan. Sebaliknya, ada pula konstruksi-konstruksi yang dapat dirancang dan
dilaksanakan seorang ahli sipil tanpa bantuan arsitek. Umumnya ini adalah
konstruksi-konstruksi yang tidak memiliki aktivitas manusia di dalamnya,
seperti sistem irigasi, jalan, rel kereta api, jembatan, bendungan, tower
komunikasi, ataupun hanggar pesawat. Dalam proses konstruksi bangunan,
seorang ahli sipil pun lebih banyak terlibat daripada arsitek, karena hanya
sesama ahli sipil sajalah yang dapat menafsirkan gambar-gambar yang dibuat ahli
sipil yang ikut mendesain bangunan bersama arsitek. Insinyur Sipil juga mempunyai
pengetahuan mendalam tentang struktur, yang perlu dibuat secara benar untuk
membuat sebuah bangunan yang kokoh. Keluasan cabang dari teknik sipil ini
membuatnya sangat fleksibel di dalam dunia kerja. Profesi yang didapat dari
seorang ahli bidang ini antara lain adalah sebagai perancangan/pelaksana
pembangunan/pemeliharaan prasarana jalan, jembatan, terowongan, gedung, bandar
udara, lalu lintas (darat, laut, udara), sistem jaringan kanal, drainase,
irigasi, perumahan, gedung, minimalisasi kerugian gempa, perlindungan
lingkungan, penyediaan air bersih, kontrol lahan, konsep finansial dari proyek,
manajemen projek dan sebagainya. Semua aspek kehidupan tercangkup dalam muatan
ilmu teknik sipil.
2.4 Pengertian
Arsitektur
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan.
Dalam artian yang lebih luas, arsitektur dapat diposisikan sebagai perancang
bangunan, pengendali kinerja anggota pembangunan, dan sebagai pengelola
manajemen konstruksi pada bangunan itu sendiri. Di samping itu, arsitektur juga
mencangkup perancangan infrastruktur, perabot, yang berpandangan dari nilai
estetika dan kecocokan material dengan kondisi maupun tema bangunan yang
ada. Sebagai suatu seni, arsitektur tidak dapat dilepaskan dari berbagai kaidah
seni. Prinsip-prinsip keindahan yang juga merupakan kaidah dasar di dalam
bidang seni lainnya seperti kesatuan, keseimbangan, keserasian, irama juga
dipergunakan sebagai kaidah dasar di dalam arsitektur. Perwujudan arsitektur
merupakan hasil manifestasi nilai-nilai seni. Itu sebabnya, pada sebagian
perguruan tinggi di mancanegara, arsitektur dikelompokkan ke dalam fakultas
seni atau sejenisnya. Berbeda dengan bidang seni rupa atau seni lainnya yang
dikelompokkan ke dalam seni murni ( pure art ), arsitektur
dikelompokkan pada seni terpakai ( applied art ).
Pengelompokan arsitektur ke dalam ‘seni terpakai’ ini tidak
dimaksudkan untuk mengartikan bahwa seni lainnya bukanlah seni yang tidak
terpakai atau seni yang tidak bermanfaat, namun lebih dimaksudkan pada
kenyataan bahwa arsitektur sebagai bidang seni yang berkaitan dengan
perencanaan dan perancangan wilayah yang akan dipergunakan manusia di dalam
melakukan kegiatannya. Orientasi arsitektur adalah menghasilkan karya ruang dan
tiga dimensi yang menekankan pada keberadaan dan efek ruang sebagai tempat yang
akan dipergunakan manusia di dalam melakukan kegiatannya. Sebagai suatu ilmu,
arsitektur tidak dapat dilepaskan dari berbagai kaidah keilmuan maupun bidang
ilmu lainnya. Karena merupakan ilmu perencanaan dan perancangan lingkungan
binaan yang menjadi wadah bagi kegiatan manusia yang lengkap dengan seluruh
sifat manusiawinya, maka arsitektur tidak dapat dilepaskan dari kaidah berbagai
ilmu yang menyangkut aspek kemanusiawian seperti psikologi, sosiologi,
antropologi, filsafat, ergonomi, dan ekonomi. Perwujudan hasil karya arsitektur
merupakan penerapan kaidah berbagai ilmu yang menyangkut aspek
kemanusiawian tersebut. Oleh karena itu, calon arsitek juga perlu
bidang-bidang ilmu tersebut. Pada sebagian Perguruan Tinggi di mancanegara,
jurusan Arsitektur dikelompokkan ke dalam Fakultas Ilmu Sosial atau
sejenisnya.
2.5 Materi
Pembelajaran Arsitektur
Selama kuliahnya, seorang mahasiswa Arsitektur umumnya
mempelajari hal-hal berikut: proporsi tubuh manusia, psikologi manusia
dalam ruang, pengolahan ruang, pengolahan bentuk, dasar-dasar seni rupa,
cara kerja berbagai tipe bangunan (kantor, pusat perbelanjaan, taman kota,
dll), dasar ilmu Struktur, dasar ilmu Utilitas Bangunan (penerapan ilmu Elektro
dan Mesin dalam bangunan), dasar desain interior, dasar manajemen proyek, dan
teknik menggambar.
2.6 Wilayah
Kerja Arsitek
Dengan bekal
pendidikan yang sedemikian rumit, seorang mahasiswa Arsitektur akan lebih
banyak dibutuhkan sebagai perencana bangunan dan konsultan. Mereka dapat
memperkirakan tata letak bangunan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan
sekitarnya. Keterikatan fungsi bangunan juga akan menjadi pertimbangan dalam
penempatan bangunan yang hendak dirancang. Apabila dalam sebuah area
difungsikan untuk kompleks hiburan, maka bangunan yang cocok di tempat tersebut
adalah fitnes centre, rumah makan, masjid, taman kota, dan lain-lain.
Arsitek juga menggunakan ilmu seninya dalam mengolah bentuk luar suatu
bangunan. Bagaimana bangunan tersebut akan dibentuk, permainan gradasi
warna, konsep tema pandangan suatu bangunan juga akan menjadi tugas seorang
arsitek. Pekerjaan lain seorang arsitek di antaranya adalah: 1. mengolah tata
ruang sebuah bangunan; 2. menentukan konsep desain interior sebuah bangunan
(termasuk perletakan furniturenya, dll); 3. mengolah bentuk luar dan tampak
sebuah bangunan; 4. menentukan jenis dan letak sistem struktur pada bangunan;
5. menentukan jenis dan letak instalasi listrik pada bangunan; 6. enentukan
jenis dan letak instalasi pipa air dan jalur penghawaan udara; 7. menentukan
jenis dan letak alat-alat transportasi dalam bangunan (lift, dsb);
Arsitek menyumbangkan rancangan, ide, kemungkinan
pelaksanaan pembangunan di atas kertas. Hasil rancangan tersebut diserahkan
selanjutnya kepada staf ahli bidang teknik sipil untuk pelaksanaan pembangunan.
Tahapan ini, ahli teknik sipil melakukan perbaikan/saran dari pelaksanaan
perencanaan, koordinasi dalam proyek, mengamati jalannya proyek agar
sesuai dengan perencanaan. Selain itu, ahli teknik sipil juga membangun konsep
finansial dan manajemen proyek atas hal-hal yang memengaruhi jalannya proyek. Seorang
arsitek dapat bekerja sendiri untuk melahirkan desain bangunan-bangunan yang
memiliki kompleksitas sederhana. Akan tetapi, seorang arsitek perlu bekerja
sama dengan insinyur-insinyur teknik lainnya untuk melahirkan desain
bangunan-bangunan yang memiliki kerumitan tinggi, seperti bandar udara, rumah
sakit, ataupun gedung-gedung tinggi. Dalam sebuah tim desain bangunan, umumnya
seorang arsitek bertindak sebagai Kepala Desainer (Chief Designer), di mana
para insinyur teknik lain harus mengikuti desain yang sudah mereka buat. Pada
tahap pembuatan konsep, mereka akan memperlihatkan ide-ide yang dimilikinya
menyangkut bentuk bangunan, desain interiornya, sistem struktur, mekanikal, dan
elektrikal untuk bangunan tersebut dalam bentuk sketsa-sketsa, gambar 2 dan 3
dimensi. Selanjutnya, dalam tahap pengembangan desain, arsitek akan memberikan
gambar-gambar tersebut untuk diperiksa aspek teknisnya dan dikembangkan oleh
Insinyur Sipil, Elektro, Mesin, Desainer Interior, dan pakar-pakar lainnya.
Ketika mendesain sebuah bangunan yang memiliki kerumitan tinggi, adalah tidak
mungkin bagiseorang arsitek untuk mengembangkan gambar-gambar tersebut seorang
diri. Selain akan memakan terlalu banyak waktu, hal tersebut juga tidak
didukung oleh bekal pendidikan arsitek sendiri. Selama dalam perkuliahan,
seorang mahasiswa Arsitektur hanya mempelajari dasar dari ilmu Struktur dan
Utilitas Bangunan. Detail masing-masing ilmu tersebut tidak dipelajari
mahasiswa Arsitektur dan merupakan pelajaran mahasiswa Teknik Sipil, Elektro, dan
Mesin. Sebagai contoh, walaupun seorang arsitek dapat mengira-ngira
ukuran-ukuran tiang (biasa disebut kolom) untuk sebuah bangunan tinggi, seorang
arsitek tidak dapat mengetahui jenis beton, detail tulangan besi, ataupun
mutu besi yang harus ada di dalamnya. Ini karena mahasiswa Arsitektur tidak
mempelajari Mekanika Teknik, karakteristik material beton, maupun besi secara
mendalam, yang merupakan pelajaran mahasiswa Teknik Sipil
2.7 Perbedaan
Mendasar dari Teknik Sipil dan Arsitektur
Pada prinsipnya kedua profesi tersebut sama-sama melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan dan perancangan suatu
bangunan. Namun perbedaan yang paling menonjol adalah pada cakupan tugasnya.
Arsitek lebih sering mendesain bangunan luar atau bangunan baru di sebuah tanah
kosong. Sedangkan seorang ahli sipil mengerjakan konstuksi gedungnya. Misalnya
pada pembangunan sebuah pusat perbelanjaan baru: maka arsitek mendesain bentuk
bangunannya secara global baik tampilan luar sampai pembagian kavling yang
mendukung segala aktifitas dan kenyamanan pengguna ruang, dan seterusnya,
sedangkan ahli sipil mendesain konstruksi bangunannya agar kokoh berdiri dan
tahan lama. Membandingkan kedua profesi ini ibarat mencari sesuatu yang abstrak
di antara imajinasi dan hitungan. Namun bagi masyarakat umum mungkin menjawab
arsitek yang lebih baik, karena kata tersebut sudah menjadi merk yang
menggambarkan sebuah profesi ahli dalam bidang bangunan, sehingga ada gambaran
bahwa untuk mewujudkan bangunan hanya butuh arsitek saja. Hal ini mungkin saja
benar ketika bangunan yang dibangun hanya bangunan sederhana dengan
bentuk dan material yang standar dan tidak beresiko tinggi. Namun akan
berbeda lagi jika bentuk bangunan tidak biasa, akan sangat beresiko fatal jika
tidak melibatkan teknik sipil di dalamnya. Bayangkan saja membangun rumah yang
indah tetapi roboh begitu saja. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sementara
seorang arsitek adalah desainer bangunan, seorang insinyur sipil adalah
ahli struktur, yang dalam bangunan menjadi salah satu komponen bagi
berfungsinya bangunan
2.8 Perbandingan
Perbedaan Pekerjaan Teknik Sipil dan Arsitektur
Arsitektur
1.
Menciptakan
bentuk bangunan yang indah
2.
Memilih
warna dan tekstur
materian yang sesuai dengan konsep
bangunan
3.
Fokus
pada perencanaan gambar banguanan
4.
Menentukan
spesifikasi rencana bangunan
5.
Membuat
gambar detai bangunan
6.
Mempertahankan
bentuk gambar bangunan yang sudah
dibuat
7.
Pada
bangku kuliah lebih
banyak mempelajari gambar
bangunan, menggali keinginan owner, dan cara mempresentasikan agar ide desain
diterima
8.
Ingin bangunan
yang indah dan menarik
Teknik Sipil
1.
Menghitung struktur banguanan yang kuat
2.
Memilih jenis material yang bagus tetapi murah
3.
Fokus pada perencanaan perhitungan kekuatan bangunan
4.
Memilih metode pelaksanaan yang cepat dan hemat
5.
Mengatur manajemen pelaksanaan pembangunan
6.
Menyesuaikan gambar perencanaan dengan kondisi nyata di
lapangan
7.
Pada
bangku kuliah lebih banyak mempelajari perhitungan struktur bangunan,
perhitungan rencana anggaran biaya bangunan serta manajemen pelaksanaan
bangunan
8.
Ingin
bangunan yang kuat dan murah
2.9 Kendala
yang Sering Ditemui oleh Mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan
Mahasiswa pendidikan teknik bangunan memiliki banyak tugas
yang diberikan oleh dosen, kebanyakan mahasiswa teknik bangunan menganggap
mudah segala tugas yang diberikan sehingga berleha-leha dalam menyelesaikan
tugasnya dan mengakibatkan tidak beresnya tugas pada batas akhir pengumpulan.
Selain itu mahasiswa teknik bangunan diberikan tugas oleh
dosen KB II yang mengharuskan menggunakan Auto CAD, akan tetapi mahasiswa tidak
diberikan pengajaran mengenai Auto CAD mengingat sebagian besar mahasiswa
berasal dari lulusan SMA yang tidak diberikan pembekalan pada saat sekolah.
Oleh sebab itu mahasiswa kebingungan mengenai tugas tersebut.
Kendala juga terdapat pada dosen yang melakukan metode
pengajaran yang monoton, sehingga mahasiswa malas untuk mengikuti proses pembelajaran
dan cenderung untuk melakukan keributan.
2.10 Alasan Mendasar
Sarjana Pendidikan Tidak mau Menjadi Guru
Banyak
sarjana pendidikan memilih bekerja menjadi seorang tenaga ahli dibidang lain
daripada menjadi seorang guru. Mengapa? Beberapa diantaranya adalah orang-
orang yang tidak percaya akan kemampuannya sendiri. Tidak mempercayai dirinya
sendiri bahwa dirinya dapat mengajar. Lalu yang kedua, merasa bahwa menjadi
seorang guru adalah hal yang primitive dan kurang menunjang ekonomi.
BABIII
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan
teknik bangunan adalah salah satu program
pendidikan yang berada di Departemen Pendidikan Teknik Sipil,
Universitas Pendidikan Indonesia. Program studi ini kian diincar oleh siswa-
siawi dari SMA maupun SMK karena prospek kerjanya yang baik. Selain itu
pendidikan teknik bangunan juga memberikan ilmu pengetahuan yang tidak kurang
bahkan dapat dikatakan dua kemampuan karena berstatus sarjana pendidikan teknik
dengan latar belakang ilmu sipil dan ilmu arsitektur.
Hallo...
BalasHapusuwoooww
BalasHapus