Minggu, 01 Januari 2017

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil adalah salah satu jurusan yang berada dibawah Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan , Universitas Pendidikan Indonesia. Lembaga ini memiliki perjalanan sejarah dalam perkembangannya dari awal terbentuknya sampai saat sekarang ini. Pada awalnya (tahun 1958) Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FKIT adalah merupakan lembaga pendidikan kursus B1 teknik untuk program peningkatan mutu guru STM dan SGPT. Pada Tahun 1961 kursus B1 teknik diintegrasikan ke FKIP-B / teknik Universitas Pajajaran, dan selanjutnya tahun 1963 FKIP-A dan FKIP-B1/teknik,dan Institut Pendidikan Guru (IPG) digabung menjadi IKIP Bandung, yaitu berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1963 tertanggal 3 Januari 1963. Dari FKIP-B teknik kemudian dipecah menjadi 2 (dua) Fakultas, yaitu Fakultas Keguruan Ilmu Eksakta (FKIE) dan Fakultas Keguruan Ilmu Teknik (FKIT). Pada Fakultas Keguruan Ilmu Teknik (FKIT) dikembangkan/dibuka Jurusan Pendidikan Teknik Sipil, Jurusan Pendidikan Arsitektur, Jurusan Pendidikan Teknik Mesin dan Jurusan Pendidikan Teknik Listrik. Dengan demikian sejak tahun 1963 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil telah eksis di bawah pembinaan Fakultas Keguruan Ilmu Teknik ( FKIT) IKIP Bandung.
Kemudian Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur digabung menjadi satu Jurusan, yaitu Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan di bawah naungan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (FPTK) IKIP Bandung yang memiliki satu program studi yaitu Program studi Pendidikan Teknik Bangunan Perubahan nama FKIT menjadi FPTK dan pengabungan kedua Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur tersebut didasarkan pada Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0174/0/1983, tanggal 14 Maret 1983, dan Surat Keputusan Rektor IKIP Bandung Nomor 6744/PT.25.R/Q/1983. Alasan pokok yang mendasari penggabungan Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Pendidikan Teknik Arsitektur hingga menjadi Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan tersebut di atas, antara lain karena orientasi Pendidikan di IKIP termasuk nama jurusan dan kurikulum, harus berorientasi pada rumpun mata ajaran pada jenjang pendidikan menengah. Dengan demikian FPTK harus berorientasi pada jurusan / rumpun spesifikasi bidang ketrampilan / keahlian bangunan di SMK. Selain itu juga untuk penyeragaman nama-nama Jurusan di lingkungan IKIP se-Indonesia, ini mengasumsikan bahwa penamaan Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan di FPTK merupakan pengembangan dari Jurusan Pendidikan Teknik Sipil yang ada pada era FKIT IKIP.
Untuk memenuhi tuntutan perkembangan masyarakat (pasar kerja) serta perkembangan Ilmu dan Teknologi, maka di FPTK IKIP Bandung dikembangkan Kurikulum fleksibel. Kurikulum Fleksibel ini juga dikembangkan dan diberlakukan di Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan, yaitu berdasarkan ketetapan Dirjen Pendidikan Tinggi tanggal 21 Agustus 1992 dan Surat Keputusan Rektor IKIP Bandung Nomor 0835/PT.25.H/1/1995 . Adapun maksud dari pemberlakuan kurikulum fleksibel tersebut antara lain bertujuan untuk menyiapkan lulusan agar memiliki kemampuan ganda sebagai berikut :
a.                   Mampu mengelola dan melaksanakan pendidikan teknologi dan kejuruan secara profesional yang menjadi kewenangan utama.
b.                  Kemampuan untuk mengembangkan bidang ilmu dan teknologi (IPTEK) sebagai kewenangan kedua (tambahan)
Sebagai konsekwensi logis dari berlakunya kurikulum fleksibel tersebut , maka tujuan pembelajaran pada Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan dikembangkan agar dapat memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat, baik dalam bidang pendidikan, industri dan teknologi, serta berorientasi pada antisipasi berlakunya sistem akreditasi program studi di perguruan tinggi serta globalisasi. Oleh sebab itu Program studi Pendidikan Teknik Bangunan yang telah terlebih dahulu diberlakukan pada tahun 1983, maka sejak th 2001 pada Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan, Prodi Pendidikan Teknik bangunan (S1) mengalami pengembangan program studi menjadi:
1)                  Program studi Pendidikan Teknik Sipil (S1)
2)                  Program studi Pendidikan Arsitektur (S1)
Dengan Kurikulum yang dirancang berpedoman pada Kurikulum Nasional Teknik Sipil dan Teknik Arsitektur. Diharapkan dengan kurikulum fleksibel ini memungkinkan para lulusan Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan FPTK mampu melaksanakan tugas profesinya sebagai tenaga kependidikan, serta memiliki kemampuan mengembangkan bidang ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK) dalam masyarakat industri, bidang jasa property/Bangunan, jasa konstruksi dan jasa konsultan bidang Teknik Sipil dan Arsitektur. Dari mulai th 2001 mahasiswa di Prodi Pendidikan Teknik Bangunan dipecah berdasarkan peminatan/konsentrasi yang dijalaninya di Prodi Pendidikan Teknik Bangunan menjadi Mahasiswa di Prodi Pendidikan Teknik Sipil dan Mahasiswa di Prodi Pendidikan Teknik Arsitektur, sedangkan bagi Mahasiswa baru di Tahun 2001 sudah langsung di terima ke Prodi masing-masing yaitu Prodi Pendidikan Teknik sipil dan prodi pendidikan Teknik Arsitektur.
Sebagai catatan penting ,di tahun 1999 adalah Perguruan Tinggi IKIP Bandung diubah menjadi Universitas Pendidikan Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 124 tahun 1999 tertanggal 7 Oktober 1999. dan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2004. UPI diberi otonomi dan menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN)
Sejalan dengan perkembangannya di Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan pada Tahun 1999 diselenggarakan Program studi D3 Teknik Sipil dengan SK Dirjen Dikti Depdiknas No. 363/Dikti/Kep/1999. Kemudian di tahun 2000 dengan SK Dirjen Dikti Depdiknas No. 242/Dikti/Kep/2000 diselenggarakan Program D3 Teknik Perumahan. Penyelenggaraan jenjang diploma ini sebagai implementasi fungsi Widermandate UPI sebagai Perguruan tinggi yang turut membantu pemerintah dalam memenuhi penyediaan tenaga terampil pada jenjang Diploma.
Pada Tahun 2006 , dengan adanya tuntutan BAN PT bahwa setiap program studi harus dilakukan Akreditasi BAN PT, maka Prodi Pendidikan Teknik Bangunan yang telah menghasilkan lulusan dilakukan penilaian akreditasi dan mendapat Akreditasi program studi : B , dengan SK No: BAN PT. No. 09214/Ak-X-S1-017/IKBCKB/X/2006 , Berlaku 19 Oktober 2006 s/d 19 Oktober 2011.
Perubahan status UPI menjadi sebuah corporate university berstatus BHMN membangkitkan tuntutan kesiapan untuk mampu memainkan peranan sebagai agen perubahan. Pada saat yang sama, Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan FPTK harus pula mampu memposisikan dirinya secara proporsional ke arah pengembangan bidang ilmu dan teknologi (IPTEK) kedalam batang tubuh keilmuannya (body of knowledge) , yaitu dari pendekatan yang berbasis pada rumpun spesifikasi keahlian dan ketrampilan bangunan di SMK ( Sekolah Menengah Kejuruan ), kepada Jurusan yang berbasis pada pengembangan ilmu rekayasa engineering ,yaitu pendidikan teknik Sipil dan perencanaan secara universal , Seiring dengan semangat menjadikan UPI BHMN sebagai Universitas Pelopor dan Unggul di masa depan ( Leading and outstanding University ), maka memposisikan kembali Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan kedalam pemahaman batang tubuh keilmuannya ( body of knowledge ) adalah merupakan kebutuhan mendesak dan segera. Dengan demikian pada era UPI BHMN ini pengembangan keilmuan dan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ), pengembangan dan pembinaan kelembagaan serta kerjasama dengan organisasi/assosisi profesi dapat ditingkatkan.
Maka di Tahun 2006, Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan dikembangkan menjadi dua jurusan yaitu Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dengan Ketetapan SK Rektor No. 8046/J.33/PP.03.02/2006 dan Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur dengan SK Rektor No. 8047/J.33/PP.03.02/2006. Dimana Jurusan Pendidikan Teknik Sipil hanya membawahi Program studi :
1)                  Program Studi Pendidikan Teknik Sipil (S1)
2)                  Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan (S1)
3)                  Program Studi Teknik Sipil (D3)
Sedangkan Program studi Pendidikan arsitektur membawahi prodi Pendidikan Teknik Arsitektur(S1) dan Prodi Teknik Perumahan (D3).
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil membuka penyelenggaraan Program Studi Baru yaitu Program studi Teknik Sipil (S1) berdasarkan Surat Keputusan Rektor UPI , No. 5345/H40/KL/2009, sehingga Jurusan Pendidikan Teknik Sipil membawahi empat program studi yaitu :
1)        Program Studi Pendidikan Teknik Sipil (S1) .
2)        Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan (S1)
3)        Program Studi Teknik Sipil (D3)
4)        Program Studi Teknik Sipil (S1)
1.2  Rumusan Masalah
1)      Mengapa pendidikan teknik bangunan berada di jurusan pendidikan teknik sipil bukan pendidikan teknik arsitektur?
2)      Mengapa pendidikan teknik bangunan dan pendidikan teknik arsitektur berbeda?
3)      Bagaimana sistem perkuliahan pendidikan teknik bangunan?
4)      Apa kendala yang sering ditemui oleh mahasiswa bidang pendidikan teknik bangunan?
5)      Apa prospek kerja bagi lulusan pendidikan teknik bangunan?
6)      Mengapa sebagian besar sarjana pendidikan teknik bangunan kurang berminat menjadi seorang guru?

1.3  Tujuan Penulisan
1)      Untuk mengetahui alasan pendidikan teknik bangunan berada dijurusan pendidikan teknik sipil bukan pendidikan teknik arsitektur
2)      Untuk mengetahui perbedaan pendidikan teknik bangunan dan pendidikan teknik arsitektur
3)      Untuk mengetahui sistem perkuliahan pendidikan teknik bangunan
4)      Untuk mengetahui kendala yang sering ditemui oleh mahasiswa bidang pendidikan teknik bangunan
5)      Untuk mengetahui prospek kerja bagi lulusan pendidikan teknik bangunan
6)      Untuk mengetahui sebab dan akibat dari sebagian besar sarjana pendidikan teknik bangunan yang kurang berminat menjadi seorang guru


1.4  Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan adalah memecahkan segala problematika yang ada dalam ruang lingkup pendidikan teknik bangunan universitas pendidikan Indonesia. Dan menginformasikan pada masyarakat khususnya pembaca tentang pendidikan teknik bangunan agar tidak terjadi perbedaan pendapat.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Teknik Bangunan
Pendidikan teknik bangunan adalah salah satu program studi yang terdapat pada jurusan teknik sipil yang merupakan cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang  bagaimana merancang, membangun, merenovasi sebuah bangunan, tidak hanya gedung dan infrastruktur, tetapi juga mencakup lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia seperti  jembatan, saluran air bawah tanah, struktur penahan longsong, dan lain-lain. Teknik sipil mempunyai ruang lingkup yang luas, di dalamnya pengetahuan
  
2.2 Materi Pembelajaran Pendidikan Teknik Bangunan
Fisika Dasar pada umumnya akan diberikan di tahun pertama untuk jurusan teknik. Matematika juga akan dipelajari dengan level yang lebih tinggi dari Matematika di Sekolah Menengah. Materi kuliah umum yang tidak ada hubungan langsung dengan Teknik, misalnya Bahasa Indonesia, Agama, Etika, Pendidikan Pancasila dan Kewaranegaraan juga akan diberikan sebagai pengantar. Materi umum porsinya tidak lebih dari 15%, sisanya adalah materi-materi teknik sipil. Materi teknik sipil mulai dari material konstruksi,  perhitungan struktur, kajian mengenai ilmu pengukuran tanah, jenis- jenis konstruksi,  pembebanan, analisa desain, dan lain-lain. Mekanika Teknik/ Mekanika Rekayasa/ Analisa Struktur merupakan bidang ilmu utama yang dipelajari di ilmu teknik sipil. Pokok utama dari ilmu tersebut adalah mempelajari perilaku struktur terhadap beban yang bekerja pada suatu  bangunan. Ada pula materi penunjang lainnya, misalnya menggambar, teknik penggambaran  berbasis teknologi, bahasa pemrograman komputer, software, menulis ilmiah, dan lain-lain.

2.3 Wilayah Kerja Pendidikan Teknik Banngunan
Pendidikan Teknik Bangunan dianjurkan untuk menjadi tenaga pengajar di smk, akan tetapi lulusan pendidikan teknik bangunan tidak selalu pula berurusan dengan pembangunan jalannya sebuah  proyek bangunan, tetapi di bidang lain seperti yang berkaitan dengan informatika memungkinkan untuk memodelisasi sebuah bentuk dengan bantuan teknik pemrograman canggih, pemodelan kerusakan akibat gempa, banjir, longsor, dan masih banyak lagi. Hal ini sangat penting di negara maju sebagai tolak ukur kelayakan pembangunan sebuah bangunan vital yang mempunyai resiko dapat menelan korban banyak manusia seperti reaktor nuklir atau bendungan, jika terjadi kegagalan teknis. Rancangan bangunan tersebut biasanya dimodelkan dalam komputer dengan diberikan faktor-faktor ancaman bangunan tersebut seperti gempa dan keruntuhan struktur material. Peran ahli Teknik Sipil juga masih berlaku walaupun fase pembangunan sebuah gedung telah selesai, seperti teletak pada pemeliharaan fasilitas gedung dan infrastruktur tersebut. Pada prinsipnya kedua profesi tersebut sama-sama melakukan kegiatan yang  berhubungan dengan perencanaan dan perancangan suatu bangunan. Namun perbedaan yang paling menonjol adalah pada cakupan tugasnya. Arsitek lebih sering mendesain bangunan luar atau bangunan baru di sebuah tanah kosong. Sedangkan seorang ahli sipil mengerjakan konstuksi gedungnya. Misalnya pada pembangunan sebuah pusat perbelanjaan baru: maka arsitek mendesain bentuk bangunannya secara global baik tampilan luar sampai pembagian kavling yang mendukung segala aktifitas dan kenyamanan pengguna ruang, dan seterusnya, sedangkan ahli sipil mendesain konstruksi bangunannya agar kokoh berdiri dan tahan lama. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sementara seorang arsitek adalah desainer bangunan, seorang insinyur sipil adalah ahli struktur, yang dalam bangunan menjadi salah satu komponen bagi berfungsinya bangunan. Mahasiswa Teknik Sipil sama sekali tidak mempelajari pengolahan tata ruang,  pengolahan bentuk bangunan, cara bekerja berbagai tipe bangunan, ataupun dasar-dasar ilmu lain yang perlu diintegrasikan dalam desain sebuah bangunan seperti yang dipelajari oleh mahasiswa Arsitektur. Ini membuat ahli sipil tidak mungkin mendesain ataupun melaksanakan sebuah bangunan tanpa adanya arsitek ataupun desain dari mereka. Kalaupun  pada prakteknya ada ahli sipil yang mencoba mendesain bangunan ataupun melaksanakan  bangunan tanpa adanya arsitek, dapat dilihat secara jelas bedanya dari hasil bangunan yang dirancangnya dengan bangunan yang dirancang arsitek dalam hal estetika ataupun kesatuan antara aspek estetika-fungsi-dan kekuatan dalam bangunan. Sebaliknya, ada pula konstruksi-konstruksi yang dapat dirancang dan dilaksanakan seorang ahli sipil tanpa bantuan arsitek. Umumnya ini adalah konstruksi-konstruksi yang tidak memiliki aktivitas manusia di dalamnya, seperti sistem irigasi, jalan, rel kereta api,  jembatan, bendungan, tower komunikasi, ataupun hanggar pesawat. Dalam proses konstruksi  bangunan, seorang ahli sipil pun lebih banyak terlibat daripada arsitek, karena hanya sesama ahli sipil sajalah yang dapat menafsirkan gambar-gambar yang dibuat ahli sipil yang ikut mendesain bangunan bersama arsitek. Insinyur Sipil juga mempunyai pengetahuan mendalam tentang struktur, yang perlu dibuat secara benar untuk membuat sebuah bangunan yang kokoh. Keluasan cabang dari teknik sipil ini membuatnya sangat fleksibel di dalam dunia kerja. Profesi yang didapat dari seorang ahli bidang ini antara lain adalah sebagai  perancangan/pelaksana pembangunan/pemeliharaan prasarana jalan, jembatan, terowongan, gedung, bandar udara, lalu lintas (darat, laut, udara), sistem jaringan kanal, drainase, irigasi,  perumahan, gedung, minimalisasi kerugian gempa, perlindungan lingkungan, penyediaan air  bersih, kontrol lahan, konsep finansial dari proyek, manajemen projek dan sebagainya. Semua aspek kehidupan tercangkup dalam muatan ilmu teknik sipil.
 
2.4 Pengertian Arsitektur
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur dapat diposisikan sebagai perancang bangunan, pengendali kinerja anggota pembangunan, dan sebagai pengelola manajemen konstruksi pada bangunan itu sendiri. Di samping itu, arsitektur juga mencangkup perancangan infrastruktur, perabot, yang berpandangan dari nilai estetika dan kecocokan material dengan kondisi maupun tema  bangunan yang ada. Sebagai suatu seni, arsitektur tidak dapat dilepaskan dari berbagai kaidah seni. Prinsip-prinsip keindahan yang juga merupakan kaidah dasar di dalam bidang seni lainnya seperti kesatuan, keseimbangan, keserasian, irama juga dipergunakan sebagai kaidah dasar di dalam arsitektur. Perwujudan arsitektur merupakan hasil manifestasi nilai-nilai seni. Itu sebabnya, pada sebagian perguruan tinggi di mancanegara, arsitektur dikelompokkan ke dalam fakultas seni atau sejenisnya. Berbeda dengan bidang seni rupa atau seni lainnya yang dikelompokkan ke dalam seni murni ( pure art ), arsitektur dikelompokkan pada seni terpakai ( applied art ).
Pengelompokan arsitektur ke dalam ‘seni terpakai’ ini tidak dimaksudkan untuk mengartikan  bahwa seni lainnya bukanlah seni yang tidak terpakai atau seni yang tidak bermanfaat, namun lebih dimaksudkan pada kenyataan bahwa arsitektur sebagai bidang seni yang berkaitan dengan perencanaan dan perancangan wilayah yang akan dipergunakan manusia di dalam melakukan kegiatannya. Orientasi arsitektur adalah menghasilkan karya ruang dan tiga dimensi yang menekankan pada keberadaan dan efek ruang sebagai tempat yang akan dipergunakan manusia di dalam melakukan kegiatannya. Sebagai suatu ilmu, arsitektur tidak dapat dilepaskan dari berbagai kaidah keilmuan maupun bidang ilmu lainnya. Karena merupakan ilmu perencanaan dan perancangan lingkungan binaan yang menjadi wadah bagi kegiatan manusia yang lengkap dengan seluruh sifat manusiawinya, maka arsitektur tidak dapat dilepaskan dari kaidah berbagai ilmu yang menyangkut aspek kemanusiawian seperti psikologi, sosiologi, antropologi, filsafat, ergonomi, dan ekonomi. Perwujudan hasil karya arsitektur merupakan penerapan kaidah  berbagai ilmu yang menyangkut aspek kemanusiawian tersebut. Oleh karena itu, calon arsitek  juga perlu bidang-bidang ilmu tersebut. Pada sebagian Perguruan Tinggi di mancanegara,  jurusan Arsitektur dikelompokkan ke dalam Fakultas Ilmu Sosial atau sejenisnya.

2.5 Materi Pembelajaran Arsitektur
Selama kuliahnya, seorang mahasiswa Arsitektur umumnya mempelajari hal-hal  berikut: proporsi tubuh manusia, psikologi manusia dalam ruang, pengolahan ruang,  pengolahan bentuk, dasar-dasar seni rupa, cara kerja berbagai tipe bangunan (kantor, pusat  perbelanjaan, taman kota, dll), dasar ilmu Struktur, dasar ilmu Utilitas Bangunan (penerapan ilmu Elektro dan Mesin dalam bangunan), dasar desain interior, dasar manajemen proyek, dan teknik menggambar.


2.6 Wilayah Kerja Arsitek
 Dengan bekal pendidikan yang sedemikian rumit, seorang mahasiswa Arsitektur akan lebih banyak dibutuhkan sebagai perencana bangunan dan konsultan. Mereka dapat memperkirakan tata letak bangunan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Keterikatan fungsi bangunan juga akan menjadi pertimbangan dalam penempatan bangunan yang hendak dirancang. Apabila dalam sebuah area difungsikan untuk kompleks hiburan, maka bangunan yang cocok di tempat tersebut adalah fitnes centre, rumah makan, masjid, taman kota, dan lain-lain. Arsitek juga menggunakan ilmu seninya dalam mengolah bentuk luar suatu  bangunan. Bagaimana bangunan tersebut akan dibentuk, permainan gradasi warna, konsep tema pandangan suatu bangunan juga akan menjadi tugas seorang arsitek. Pekerjaan lain seorang arsitek di antaranya adalah: 1. mengolah tata ruang sebuah bangunan; 2. menentukan konsep desain interior sebuah bangunan (termasuk perletakan furniturenya, dll); 3. mengolah bentuk luar dan tampak sebuah bangunan; 4. menentukan jenis dan letak sistem struktur pada bangunan; 5. menentukan jenis dan letak instalasi listrik pada bangunan; 6. enentukan jenis dan letak instalasi pipa air dan jalur penghawaan udara; 7. menentukan jenis dan letak alat-alat transportasi dalam bangunan (lift, dsb);
  Arsitek menyumbangkan rancangan, ide, kemungkinan pelaksanaan pembangunan di atas kertas. Hasil rancangan tersebut diserahkan selanjutnya kepada staf ahli bidang teknik sipil untuk pelaksanaan pembangunan. Tahapan ini, ahli teknik sipil melakukan  perbaikan/saran dari pelaksanaan perencanaan, koordinasi dalam proyek, mengamati jalannya  proyek agar sesuai dengan perencanaan. Selain itu, ahli teknik sipil juga membangun konsep finansial dan manajemen proyek atas hal-hal yang memengaruhi jalannya proyek. Seorang arsitek dapat bekerja sendiri untuk melahirkan desain bangunan-bangunan yang memiliki kompleksitas sederhana. Akan tetapi, seorang arsitek perlu bekerja sama dengan insinyur-insinyur teknik lainnya untuk melahirkan desain bangunan-bangunan yang memiliki kerumitan tinggi, seperti bandar udara, rumah sakit, ataupun gedung-gedung tinggi. Dalam sebuah tim desain bangunan, umumnya seorang arsitek bertindak sebagai Kepala Desainer (Chief Designer), di mana para insinyur teknik lain harus mengikuti desain yang sudah mereka buat. Pada tahap pembuatan konsep, mereka akan memperlihatkan ide-ide yang dimilikinya menyangkut bentuk bangunan, desain interiornya, sistem struktur, mekanikal, dan elektrikal untuk bangunan tersebut dalam bentuk sketsa-sketsa, gambar 2 dan 3 dimensi. Selanjutnya, dalam tahap pengembangan desain, arsitek akan memberikan gambar-gambar tersebut untuk diperiksa aspek teknisnya dan dikembangkan oleh Insinyur Sipil, Elektro, Mesin, Desainer Interior, dan pakar-pakar lainnya. Ketika mendesain sebuah bangunan yang memiliki kerumitan tinggi, adalah tidak mungkin bagiseorang arsitek untuk mengembangkan gambar-gambar tersebut seorang diri. Selain akan memakan terlalu banyak waktu, hal tersebut juga tidak didukung oleh bekal  pendidikan arsitek sendiri. Selama dalam perkuliahan, seorang mahasiswa Arsitektur hanya mempelajari dasar dari ilmu Struktur dan Utilitas Bangunan. Detail masing-masing ilmu tersebut tidak dipelajari mahasiswa Arsitektur dan merupakan pelajaran mahasiswa Teknik Sipil, Elektro, dan Mesin. Sebagai contoh, walaupun seorang arsitek dapat mengira-ngira ukuran-ukuran tiang (biasa disebut kolom) untuk sebuah bangunan tinggi, seorang arsitek tidak dapat mengetahui  jenis beton, detail tulangan besi, ataupun mutu besi yang harus ada di dalamnya. Ini karena mahasiswa Arsitektur tidak mempelajari Mekanika Teknik, karakteristik material beton, maupun besi secara mendalam, yang merupakan pelajaran mahasiswa Teknik Sipil

2.7 Perbedaan Mendasar dari Teknik Sipil dan Arsitektur
Pada prinsipnya kedua profesi tersebut sama-sama melakukan kegiatan yang  berhubungan dengan perencanaan dan perancangan suatu bangunan. Namun perbedaan yang paling menonjol adalah pada cakupan tugasnya. Arsitek lebih sering mendesain bangunan luar atau bangunan baru di sebuah tanah kosong. Sedangkan seorang ahli sipil mengerjakan konstuksi gedungnya. Misalnya pada pembangunan sebuah pusat perbelanjaan baru: maka arsitek mendesain bentuk bangunannya secara global baik tampilan luar sampai pembagian kavling yang mendukung segala aktifitas dan kenyamanan pengguna ruang, dan seterusnya, sedangkan ahli sipil mendesain konstruksi bangunannya agar kokoh berdiri dan tahan lama. Membandingkan kedua profesi ini ibarat mencari sesuatu yang abstrak di antara imajinasi dan hitungan. Namun bagi masyarakat umum mungkin menjawab arsitek yang lebih baik, karena kata tersebut sudah menjadi merk yang menggambarkan sebuah profesi ahli dalam bidang bangunan, sehingga ada gambaran bahwa untuk mewujudkan bangunan hanya butuh arsitek saja. Hal ini mungkin saja benar ketika bangunan yang dibangun hanya  bangunan sederhana dengan bentuk dan material yang standar dan tidak beresiko tinggi.  Namun akan berbeda lagi jika bentuk bangunan tidak biasa, akan sangat beresiko fatal jika tidak melibatkan teknik sipil di dalamnya. Bayangkan saja membangun rumah yang indah tetapi roboh begitu saja. Secara singkat dapat dikatakan bahwa sementara seorang arsitek adalah desainer  bangunan, seorang insinyur sipil adalah ahli struktur, yang dalam bangunan menjadi salah satu komponen bagi berfungsinya bangunan

2.8 Perbandingan Perbedaan Pekerjaan Teknik Sipil dan Arsitektur
Arsitektur
1.                  Menciptakan bentuk bangunan yang indah
2.                  Memilih warna dan tekstur materian yang sesuai dengan konsep bangunan
3.                  Fokus pada perencanaan gambar  banguanan
4.                  Menentukan spesifikasi rencana  bangunan
5.                  Membuat gambar detai bangunan
6.                  Mempertahankan bentuk gambar bangunan yang sudah dibuat
7.                  Pada bangku kuliah lebih banyak mempelajari gambar bangunan, menggali keinginan owner, dan cara mempresentasikan agar ide desain diterima
8.                   Ingin bangunan yang indah dan menarik
Teknik Sipil
1.                  Menghitung struktur banguanan yang kuat
2.                  Memilih jenis material yang bagus tetapi murah
3.                  Fokus pada perencanaan perhitungan kekuatan bangunan
4.                  Memilih metode pelaksanaan yang cepat dan hemat
5.                  Mengatur manajemen pelaksanaan  pembangunan
6.                  Menyesuaikan gambar perencanaan dengan kondisi nyata di lapangan
7.                  Pada bangku kuliah lebih banyak mempelajari perhitungan struktur  bangunan, perhitungan rencana anggaran  biaya bangunan serta manajemen  pelaksanaan bangunan
8.                  Ingin bangunan yang kuat dan murah

2.9 Kendala yang Sering Ditemui oleh Mahasiswa Pendidikan Teknik Bangunan
Mahasiswa pendidikan teknik bangunan memiliki banyak tugas yang diberikan oleh dosen, kebanyakan mahasiswa teknik bangunan menganggap mudah segala tugas yang diberikan sehingga berleha-leha dalam menyelesaikan tugasnya dan mengakibatkan tidak beresnya tugas pada batas akhir pengumpulan.
Selain itu mahasiswa teknik bangunan diberikan tugas oleh dosen KB II yang mengharuskan menggunakan Auto CAD, akan tetapi mahasiswa tidak diberikan pengajaran mengenai Auto CAD mengingat sebagian besar mahasiswa berasal dari lulusan SMA yang tidak diberikan pembekalan pada saat sekolah. Oleh sebab itu mahasiswa kebingungan mengenai tugas tersebut.
Kendala juga terdapat pada dosen yang melakukan metode pengajaran yang monoton, sehingga mahasiswa malas untuk mengikuti proses pembelajaran dan cenderung untuk melakukan keributan.

2.10 Alasan Mendasar Sarjana Pendidikan Tidak mau Menjadi Guru
Banyak sarjana pendidikan memilih bekerja menjadi seorang tenaga ahli dibidang lain daripada menjadi seorang guru. Mengapa? Beberapa diantaranya adalah orang- orang yang tidak percaya akan kemampuannya sendiri. Tidak mempercayai dirinya sendiri bahwa dirinya dapat mengajar. Lalu yang kedua, merasa bahwa menjadi seorang guru adalah hal yang primitive dan kurang menunjang ekonomi.




BABIII
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan teknik bangunan adalah salah satu program  pendidikan yang berada di Departemen Pendidikan Teknik Sipil, Universitas Pendidikan Indonesia. Program studi ini kian diincar oleh siswa- siawi dari SMA maupun SMK karena prospek kerjanya yang baik. Selain itu pendidikan teknik bangunan juga memberikan ilmu pengetahuan yang tidak kurang bahkan dapat dikatakan dua kemampuan karena berstatus sarjana pendidikan teknik dengan latar belakang ilmu sipil dan ilmu arsitektur.


2 komentar: